1.2. While Reading
I. Teks
Kontes Ratu Kecantikan
Penulis: Dr Adian Husaini
- Di antara deretan menteri-menteri Orde Baru, bisa dikatakan, Dr Daoed Joesoef termasuk yang sangat melekat dalam ingatan saya sejak kecil. Maklum, saat duduk di bangku SMP, saya menjadi “korban” kebijakannya, harus memperpanjang masa belajar selama enam bulan. Bisa dikatakan, berbagai pemikiran dan kebijakannya tentang Islam dan pendidikan sempat mengundang kontroversi hebat. Karena itu pula, ia hanya menjabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (P&K) selama satu periode (1977-1982). Presiden Soeharto tidak begitu suka dengan kontroversi demi kontroversi yang ditimbulkannya.
- Tahun 2006 lalu, Daoed Joesoef menerbitkan memoarnya yang diberi judul Dia dan Aku: Memoar Pencari Kebenaran. Di buku inilah, Daoed Joesoef mengungkapkan secara leluasa berbagai pemikiran, pengalaman, dan uneg-uneg-nya. la sempat mengajukan gagasan agar Pendidikan Agama tidak lagi diajarkan di sekolah. Menurutnya, pengajaran agama seharusnya tidak dijadikan urusan pemerintah karena ia adalah urusan privat, hak prerogatif keluarga yang harus dihormati, dan tugas-kewajiban komunitas agama yang bersangkutan itu sendiri. Negara sebaiknya tidak mencampuri soal-soal keyakinan religius.
- Semasa menjadi menteri, ia juga tidak mau mengucapkan salam secara Islam. Ketika dikritik, dia memberikan bantahannya, “Aku katakan bahwa aku berpidato sebagai Menteri dari Negara Republik Indonesia yang adalah negara kebangsaan yang serbamajemuk, multikultural, multiagama, dan kepercayaan, multisuku dan asal-usul, dan lain-lain, bukan negara agama dan pasti bukan negara Islam.”
- Daoed menulis bahwa ia pernah mengusulkan kepada Presiden Soeharto agar di lstana Negara juga diadakan Perayaan Natal, bukan hanya Perayaan Maulid Nabi Muhammad saw. Karena usulnya tidak dikabulkan, ia mengadakan Perayaan Natal Bersama di Departemen P&K yang dipimpinnya. Di masanya, keluar juga kebijakan NKK/BKK yang memancing prates keras dari para aktivis mahasiswa. la pun menghapuskan kebijakan libur Ramadhan, yang sudah mentradisi selama puluhan tahun dalam sejarah pendidikan di Indonesia.
Sapi perah
- Tentu saja, berbagai pemikiran dan kebijakan Daoed Joesoef yang sekuler, sangat tidak saya setujui. Sejumlah kritik sudah saya tulis. Akan tetapi, jujur, ada sejumlah sisi menarik dari pemikiran dan kehidupan Doktor lulusan Sorbonne Perancis (1972) dan ketua Dewan Direktur CSIS (1972-1998) ini. Salah satunya adalah pandangannya terhadap berbagai jenis kontes ratu kecantikan. Saat menjabat Menteri P&K, Daoed menyatakan secara terbuka penolakannya terhadap segala jenis pemilihan miss dan ratu kecantikan. Ketika itu, sedang marak-maraknya promosi aneka ragam miss, ada Miss Kacamata Rayban, Miss Jengki, Miss Fiat, Miss Pantai, di samping pemilihan ratu ayu daerah, ratu ayu Indonesia yang langsung dikaitkan dengan berbagai jenis keratuan internasiona!. Dan, semuanya, tulis Daoed .Joesoef, “menyatakan demi manfaat dan kegunaan (pariwisata) serta keharurnan nama dan martabat Indonesia.”
- Apa kata Daoed Joesoef tentang semua jenis ratu-ratuan? “Pemilihan ratu-ratuan seperti yang dilakukan sampai sekarang adalah suatu penipuan, di samping pelecehan terhadap hakikat keperempuanan dari makhluk (manusia) perempuan. Tujuan kegiatan ini adalah tak lain dari meraup keuntungan berbisnis, bisnis tertentu, perusahaan kosmetika, pakaian renang, rumah mode, salon kecantikan, dengan mengeksploitasi kecantikan yang sekaligus merupakan kelemahan perempuan, insting primitif, dan nafsu elementer laki-laki dan kebutuhan akan uang untuk bisa hidup mewah. Sebagai ekonom, aku tidak apriori antikegiatan bisnis. Adalah normal mencari keuntungan dalam berbisnis, namun bisnis tidak boleh mengenyampingkan begitu saja etika. Janganlah menutup-nutupi target keuntungan bisnis itu dengan dalih muluk-muluk, sampai-sampai mengatasnamakan bangsa dan negara,” tulis Daoed Joesoef.
- Menurut mantan dosen FE-UI ini, wanita yang terjebak ke dalam kontes ratu-ratuan, tidak menyadari dirinya telah terlena, terbius, tidak menyadari bahaya yang mengancam dirinya. ltu ibarat perokok atau pemadat yang melupakan begitu saja nikotin atau candu yang jelas merusak kesehatannya. Lebih jauh, Daoed Joesoef menyampaikan kritik pedasnya: “Pendek kata kalau di zaman dahulu para penguasa (raja) saling mengirim hadiah berupa perempuan, zaman sekarang pebisnis yang berkedok lembaga kecantikan, dengan dukungan pemerintah dan restu publik, mengirim perempuan pilihan untuk turut “meramaikan” pesta kecantikan perempuan di forum internasional.”
- Dari 900 halaman lebih memoarnya tersebut, Daoed Joesoef memberikan porsi cukup panjang (him 649-657) untuk menguraikan buruknya praktik-praktik ratu-ratuan bagi perempuan itu sendiri. Perempuan tentu boleh tampil cantik. Tapi, Daoed Joesoef mengingatkan tiga hal. Pertama, jangan diumbar, dibiarkan untuk dieksploitasi seenaknya oleh orang/pihak lain hingga membahayakan dirinya sendiri. Kedua, jangan memupuknya secara berlebihan, karena bagaimana pun kecantikan itu hanya setebal kulit. Ketiga, kecantikan, yang dipupuk lalu dijadikan standar personalitas perempuan, berpotensi menjadi liang kubur perempuan yang bersangkutan. Bila kecantikan itu redup, karena hanya setebal kulit, berarti perempuan itu tidak dapat lagi memenuhi standar yang telah dipatoknya sendiri. Orang lain, termasuk suaminya, akan membelakanginya, lalu berpaling ke perempuan cantik lain.
- Semasa belajar di Paris, Daoed Joesoef mengaku pernah membaca sebuah kasus seorang guru matematika dipecat oleh Menteri Pendidikan Nasional Prancis, gara-gara guru tersebut mengikuti kontes ratu kecantikan daerah yang merupakan awal dari pemilihan ratu kecantikan nasional. Ketika itu, tidak ada media yang membelanya karena publik menganggap, kegiatan seperti itu tidak pantas dilakukan seorang guru. Karena itu, menurutnya, jika ada pendidik yang membela kegiatan pemilihan ratu ayu, pantas sekali dipertanyakan bagaimana keadaan nuraninya.
- “Apa kata inteleknya tidak perlu dipersoalkan, karena sekarang ini keintelektualan bisa disewa per hari, per minggu, per bulan, per tahun, bahkan permanen, dengan honor yang lumayan. Artinya, even seorang intelek bisa saja melacurkan kemurnian inteleknya karena nurani sudah diredam oleh uang,” tulis Daoed Joesoef.
- Daoed Joesoef menolak argumentasi bahwa kontes kecantikan juga menonjolkan sisi-sisi intelektual perempuan dan banyak pesertanya yang mahasiswi. Juga, terhadap alasan bahwa penggunaan pakaian renang adalah hal biasa. Jika memakai baju renang di kolam renang atau di pantai, katanya, memang lumrah. Masa berenang pakai kebaya atau kain sarung. “Namun, tampil berbaju renang melenggang di catwalk, ini soal yang berbeda. Gadis itu bukan untuk mandi, tapi disiapkan, didandani, dengan sengaja, supaya enak ditonton, bisa dinikmati penonjolan bagian tubuh keperempuanannya, yang biasanya tidak diobral untuk setiap orang,” tulis Daoed Joesoef lebih jauh.
- Bahkan, Daoed Joesoef menyamakan peserta kontes kecantikan itu sama dengan sapi perah: “Setelah dibersihkan lalu diukur badan, termasuk buah dada (badan)nya dan kemudian diperas susunya untuk dijual, tanpa menyadari bahwa dia sebenarnya sudah dimanfaatkan, dijadikan sapi perah. Untuk kepentingan dan keuntungan siapa?”
Terhadap orang yang menyatakan bahwa yang dinilai dalam kontes kecantikan bukan hanya kecantikannya, tetapi juga otaknya, sikapnya, dan keberaniannya, Daoed Joesoef menyatakan, semua itu hanya embel-embel guna menutupi kriteria kecantikan yang tetap diunggulkan.
- Terhadap alasan kegunaan kontes ratu kecantikan untuk promosi wisata dan penarikan devisa, Daoed Joesoef menyebutnya sebagai wishful thinking belaka, untuk menarik simpati masyarakat dan dukungan pemerintah. Kalau keamanan terjamin, jaringan transpor bisa diandalkan, sistem komunikasi lancar, bisa on time, pelayanan hotel prima, keindahan alam Indonesia saja cukup bisa menarik wisatawan.
- Lalu, apa jalan keluarnya? “Stop all those nonsense! Hentikan semua kegiatan pemilihan ratu kecantikan yang jelas mengeksploitasi perempuan dan pasti merendahkan martabatnya!” seru Daoed Joesoef.
- Namun, lanjutnya, kalau perempuan sendiri bergairah melakukan perbuatan yang tercela itu karena kepentingan materi sesaat tanpa mempedulikan masa depan anak-anak, ya mau bilang apa lagi!
Penulis: Pembina TK Islam at-Taqwa Cimanggis-Depok
Sumber: Harian Republika, Senin 24 Agustus 2009.
Kontes Ratu Kecantikan by Adian Husaini. All rights reserved. Used by permission.
II. Bacalah teks di atas dan tentukan apakah pernyataan di bawah ini Betul atau Salah.
III. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini berdasarkan teks yang baru saja Anda baca.
- Setelah membaca teks ini, bagaimana kepribadian Dr. Daoed Joesoef menurut Anda?
- Bagaimana tanggapan Doed Joesoef mengenai berbagai jenis kontes ratu kecantikan?
- Hal-hal apa yang disampaikan Dr. Daoed Joesoef tentang “perempuan boleh tampil cantik”?
- Apa yang dimaksud “sapi perah” dalam bacaan ini? Apakah Anda setuju? Mengapa?
- Kenapa wanita mau mengikuti kontes ratu kecantikan?
IV. Lengkapilah tabel berikut ini dengan informasi yang Anda temukan dalam bacaan “Kontes Ratu Kecantikan”.
No. | Aspek yang menonjol dalam kontes ratu kecantikan | Orang-orang yang setuju (Pro) | Daoed Joesoef (Kontra) |
---|---|---|---|
1. | berkaitan dengan nama bangsa dan negara | ||
2. | kecerdasan/intelektual | ||
3. | wisata | ||
4. | martabat perempuan |
V. Kosakata
Buatlah kalimat dengan menggunakan kata-kata dari bacaan di dalam tabel di bawah ini.
No | Kata-Kata | Kalimat |
---|---|---|
1. | maklum | |
2. | mengeksploitasi | |
3. | berkedok | |
4. | intelektual | |
5. | diobral |